Sahur On The Road

Hari ini adalah hari ketiga bulan Ramadhan. Cuasa siang itu memang sangat panas. Sampe Jodi bela-belain wudhu berkali-kali. Sementara Junet numpang mandi di toilet siswa, nggak keluar-keluar. Siang habis pulang sekolah, anak-anak Rohis pada ngumpul di masjid sekolah. Rencanya akan ngadain syuro’ (rapat) persiapan kegiatan Ramadhan. Sambil nunggu Sohib sebagai ketua Rohis, Jodi ngasih tebak-tebakan.

“Kalo orang Amerika ngentut dia bilang “EXCUSE ME”, kalo orang Inggris ngentut dia bilang PARDON ME, nah, kalo orang Indonesia ngentut bilang apa?
“nggak tauk”
“Kalo orang Indonesia ngentut, dia pasti bilang NOT ME..NOT ME!!”
Semua anak di Masjid pada ngikik.
“Ada lagi nih” Jodi siap-siap ngasih tebak-tebakan lagi. Tapi urung lantaran keburu Sohib datang.
“Assalamualaikum.. astaghfirulloh kalian lagi puasa kok ketawa-ketawa ngakak, sih”
“Jodi, Hib, yang mulai” celetuk Saepul Jambul sambil nahan tawa.
Sohib menatap Jodi marah.
“afwan hib, ana khilaf”
“ Ya Alloh, tahu nggak sih kalian!!” suara Sohib ninggi “ini RAMADHAN, RAMADHAN!!. Setiap detik Ramadhan itu sangat mulia. Kalo kalian memanfaatkan buat perkara sia-sia kayak gini betapa kalian tidak memuliakan Ramadhan. Apa kalian sudah merasa nggak punya dosa? udah yakin masuk Surga semua, hah?!. Apalagi ketawa sambil ngakak-ngakak kayak tadi, di masjid lagi, itu makruh akhi!!. Daripada bicara nggak manfaat mending kalian semua baca Al-Qur’an”
“Iye mas sohib, kami sadar..tapi antum jangan marah, entar puasanya nggak diterima loh” Ucap Dika lirih dengan wajah sok imut yang kalo udah bergaya gitu malah bikin semua anak pengen ngelempar dia dengan sajadah.
Sementara Sohib diam, raut mukanya tetap nggak bisa nyembunyiin kekesalan. Seluruh masjid hening beberapa menit.
“baik..mudah-mudahan Alloh mengampuni kesalahan kita. Sekarang kita bahas rencana kita ngadaian Sahur On The Road” Sohib mencairkan suasana kembali “Junet, gimana persiapan antum sebagai ketua panitia?”
“SIAP PAK!!” Sahut Junet dengan lantang sambil melakukan gerakan hormatnya hansip.
“Jelasin tekhnis acaranya biar kita semua tahu”
Tiba-tiba Junet ngambil sesuatu dari tasnya dan minta semua anak merapat, membentuk lingkaran yang lebih kecil. Junet meletakkan kertas lipatan di tengah-tengah lingkaran. Junet membukanya dan..” TARAAA..PETA KOTA SURABAYA” pekik Junet kayak pesulap nunjukin mejik-nya.
“Ih, jadi inget masa-masa gue ikutan gerilya sama eyang Soedirman dulu, pake liat peta segala” celetuk seorang anak.
“iye net, kok pake peta segala, sih..emangnya kita Sahur On The Road-nya se-jawa timur?”
“eit, jangan salah. Kebaikan yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh keburukan yang terorganisir,cuy..hehe..” Junet Nyengir sambil matanya mencari-cari sesuatu di dalam peta. Sementara teman-temannya yang lain diam nggak komentar lagi. Mereka tahu, kalo udah gitu berarti tanda-tandanya Junet mulai kumat.
Selang beberapa menit Junet sibuk nyari sesuatu di peta. Junet mendongakkan kepala, ngeliat teman-temannya satu persatu.
“ee..hehe..ada yang tau kagak di peta ini kita sekarang berada dimana?” Junet nyengir garing. Gak ada komentar.

*****
Sore jam tigaan anak-anak Rohis dan para siswa udah ngumpul. Hari itu Rohis ngadain kegiatan RAMUT alias Ramadhan Menuju Takwa. Agenda acaranya adalah PEMBUSA singkatan dari Pengajian Menjelang Buka Puasa, dilanjutkan sholat magrib berjamaah, BAB (Buka Asyiknya Bersama-sama), dilanjutkan DIMAS IMUT (Diskusi Maghrib Solutif, Inovatif dan Mutakhir),  sholat tarawih dan terakhir program “ SOR” atau Sahur On The Road. Peserta acara hari itu banyak banget, kurang lebih ada seratusan anak. Selain karena Ramadhan menjadi tradisi orang-orang pada tobat en semangat ibadah, anak-anak JiwaKelana saat ini memang lagi hot-hotnya demenin acara-acaranya JJS dkk. Kegiatan dakwah yang dibikin anak-anak Rohis jauh dari kesan membosankan en kolot. Mereka sangat kreatif dalam mengemas program-proram dakwah sehingga bisa diterima oleh para penghuni SMU JiwaKelana. Makanya, kagak heran kalo peserta acara hari itu membludak. Bahkan menurut ADI NIELSEN, seorang anak overobsesif yang kerjaannya me-rating acara-acara ekskul di JiwaKelana, dalam beberapa bulan terakhir acara yang dibikin anak-anak ROHIS selalu berada di posisi puncak (ciee hebaat!)
Khusus kegiatan Sahur On The Road, para peserta putri sengaja nggak diikutkan. Jadi hanya tersisa peserta laki yang jumlahnya empat puluhan. Namun sebagian besar ternyata pulang dan yang tersisa lima belas anak. Sahur On The Road nanti acaranya bagi-bagiin makanan kepada orang-orang yang ditemuin di sepanjang jalan seperti pengemis, tukang becak yang tidur di becaknya, rombong kaki lima dan laen-laen. Para peserta akan berkeliling menggunakan sepeda pancal sampe makanan yang dibawanya habis terbagi. Sekarang, mereka lagi tidur di masjid untuk persiapan acara dini hari nanti.

*****
“Alhamdulillah ya Alloh, Engkau beri aku makan sahur hari ini” ucap si bapak tua yang duduk di atas becaknya. Ya Robbi, hanya dengan sekotak makanan ia begitu khusyuk mengucap syukur padamu..sedangkan aku, ah..Sohib membatin sambil menatap pak tua tukang becak yang ada dihadapannya.
“Bapak kurang nasinya?” Sohib menyodorkan sekotak nasi lagi.
“oh, cukup dek cukup..bapak segini sudah lebih-lebih” ujar sang bapak ramah.
“bapak puasa?”
“ah,ya tentu dek..masak nggak puasa” pak Tua tersenyum “Puasa itu kan wajib hukumnya. Kan bapak juga ingin masuk Surga dek. Nah, yang puasa saja belum tentu masuk Surga apalagi yang nggak puasa”
“Subhanalloh,..eh ngomong-ngomong bapak kok tidur di becak, maaf, nggak punya rumah, pak?
“Bapak ini baru satu mingguan disini dek. Yah seperti biasa awal-awal mbecak susah sekali cari penumpang. Bapak nggak punya uang buat ngekos. Sebenarnya uangnya sih ada dari hasil kerja bapak beberapa hari ini, tapi itu buat keluarga nanti yang dirumah dek”
Subahanalloh Ya Alloh..ya Robbi tasbih kekaguman meluncur lirih dari lisan Sohib.     “Memangnya keluarga bapak ada dimana?” tanya sohib lagi.
“Ada di desa dek. Desa bapak mengalami kekeringan. Sawah kering, nggak ada pekerjaan. Yah, akhirnya buat ngelanjutkan hidup keluarga, bapak ngadu nasib kesini?”
Tanpa sepengetahuan si bapak, Sohib matanya berkaca-kaca. Wajahnya dipalingkan. “Pak ini sekedar buat beli buka puasa bapak…jangan di tolak” Sohib ngasih uang limapuluhribuan kepada si bapak.
“Subhanalloh, makasih dek..tapi maaf bapak nggak bisa nerima uang pemberian ini, buat yang lebih membutuhkan sajalah. Insya Alloh bapak bisa dapet dari mbecak..” tolak si bapak dengan halus.
“Gini aja pak..saya nggak ngasih bapak, tapi ngasih buat keluarga yang ada di rumah..jadi jangan di tolak karena kalau bapak tolak berarti bapak sudah mendzalimi keluarga bapak” Sohib mencoba memaksa. Dipaksa pake cara gitu, akhirnya si bapak nggak bisa menolak.
“makasih ya dek..adek baik sekali. Masih muda tapi punya kepedulian yang tinggi. Bapak doakan mudah-mudahan adek mendapat rizki yang melimpah dan berkah, dirahmati Alloh dan …semoga dapet jodoh yang sholihah”
“Amiin”.
Sohib segera mengayuh sepeda kebonya menyusuri jalan metropolis. Setiap orang yang ia temui di jalan ia tawari makanan. Sampe duapuluhan kotak nasi yang ia bawa habis tak tersisa. Di hatinya terlintas rasa syukur yang amat besar, mendapatkan kesempatan memberi kemanfaatan kepada hamba-hamba Alloh yang lain. Dan sekilas terlintas kembali dibenaknya kalimat doa sang bapak tadi ..semoga dapet jodoh yang shalihah.. Ah, ya Alloh..suatu saat pertemukanlah aku dengannya dalam rahmat-Mu yang berkelimpahan, dan dengan hati-hati kami yang berada dalam puncak keimanan pada-Mu..Sohib mendesahkan doa. Tiba-tiba Sohib merasa menjadi manusia dewasa.
Sohib dan para peserta sudah kembali ke masjid sekolah. Mereka makan sahur bersama. Tapi ada yang tertinggal..
Di sudut kota yang lain Junet dan Jodi berburu waktu. Sepeda pancalnya di kebut dengan kecepatan 40 km/jam. Ya, tadi kawan, saking asyiknya bagi-bagiin makanan, nggak kerasa mereka berdua telah bersepeda sejauh 20 kilometeran dari sekolah. Keluar jauh dari batas yang ditentukan. Dan sekarang mereka ngebut untuk segera sampai ke masjid sekolah. Berkejaran dengan waktu yang hampir masuk waktu subuh. Mereka belum makan sahur.
“YA ALLOH, TOLOONG HAMBA YA ALLOH..TERBANGKAN SEPEDA INI” Teriak Junet sambil mengayuh cepat sepedanya. Dibelakangnya Jodi juga memburu, mulutnya tak henti komat-kamit berdoa. Bahkan saking tegangnya, doa yang dia baca keliru doa masuk kamar mandi.
Sohib terlihat cemas. Khawatir terjadi sesuatu pada dua sobatnya itu.
“NAH AKHIRNYA DATANG JUGA!!” Sofi menunjuk bayangan di kejauhan yang bergerak cepat mendekat. Sementara shubuh kurang sepuluh menit lagi…
“AYO NEEEET!!” Saepul memberi semangat
“AYOO JOOD..KEBUUT LAGEE”
“KAMU BISAAA!”
“BISA KAMUUU!” suara anak-anak bersahutan.
Junet dan Jodi sudah sepuluh meter dari finish. Kayak lomba relli, anak-anak menghitung mundur bersama-sama.
“LIMA..EMPAT..TIGA..DUA..SATU..HOREEEEE!!” Junet dan Jodi memasuki finish, semua anak berlompat-lompat kegirangan. Saling berpelukan, cupu abis.
Berlebihan emang, tapi begitulah anak-anak Rohis. Maklum kawan, hanya hal-hal kayak itulah yang menjadi hiburan bagi mereka. Karena mereka bukan termasuk yang suka menghibur diri dengan acara semacam dugem en pacar-pacaran itu. selain karena takut dosa juga karena mereka nggak ada modal buat begitu-begituan.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar